Jumat, 07 Januari 2011

.....

Malam itu aku benar-benar menentang kehendakMu,
aku rapuh, aku jatuh. Siapa yang berada disampingku dan menguatkanku?
siapa peduli?

aku mulai tertegun memandang darah segar mengucur segar dari pergelangan tanganku,
perih ini tetap kuraskan sendiri,

bahkan lebih sempurna beban ini beriring sakit dihatiku.

tapi dalam pekatnya kabut malam itu aku masih terpuruk sendiri,
tak ada rumah untuk pulang.
hanya terpojok ditepian kelam menunggu embun membawa setetes kesejukan.

langkahku tak lagi menjejak dengan tegar,
pandangan bebas memandang laut lepas..

tapi tetap tak ada satupun perahu bersedia menghampiriku,
entah membawaku pergi ke tanah tak bertuan,

atau sekedar untuk membuangku ke dasar lautan


sungguh, aku hanya menginginkan kesunyian abadi.
melebihi sakit dan perih yang kudera.
aku menginginkan kesendirian yang sempurna.

sesalku, kenapa malam harus berakhir?
menghempaskanku kembali pada kehidupan nyata yang membutuhkan keringatku,
atau air mataku?

kenyataan pahit berujung pada sebuah senja yang kelam.

tak ada lagi jalan setapak yang dilewati
tak ada lagi langit merah menyelimuti,
tak ada lagi bukit berbunga menyemai keindahan...

harmonisasi ini telah menguap bersama kedamaian hati.

hanya tersisa perasaan takut yang hebat,

ke-apatis-an yang sempurna untukku.

aku memang pecundang, tapi aku tak pernah salah untuk menolak kebohongan yang menyiksaku.





ketidak-adilan yang mendewasakanku menjadi seorang yang APATIS.



terdengar cicit suara tikus saat aku mengakhiri tulisan ini, di tempat pembuangan sampah.
tak berharga dan tak berarti, sepertiku.

0 komentar: