Jumat, 19 Juni 2009

sosok pahlawan tua yg tlah tiada...

Jangan bertanya aku ini siapa.
Hanya ketahuilah tentangku. Aku hanya orang yang mengagumi segala sesuatu yang mampu menggerakkan nuraniku menjadi berdesir.
Bukan, bukan cinta seperti narasi para muda lain sepertiku. Bukan juga sosok gagah atau anggun rupawan yang ku elukan.
Tak perlu naïf aku juga punya hasrat seperti mereka, mencintai makhluk dari jenis kelamin lain diriku yang memikat hati. Tapi untuk saat ini, aku merasa lebih mengangungkan kepribadian tulus dari seorang makhluk bernama jiwa…yang tak kutemukan saat kutekan kuat-kuat nadi di pergelangan tanganku.
Ketika aku ingin mencarinya lagi, lalu aku bertanya,
Apa kata penegak hukum tentang penjahat borjuis?
Mungkin mereka cukup bungkam dan memberikan kebenaran tentang alibi yang mereka ciptakan sendiri untuk membayar segebok uang haram, matilah kau rakyat jelata!
Apa kata penguasa tentang seniman?
Kenapa mereka harus merasa risih dengan kritik social yang dilontarkan,padahal tanpa menyebut nama atau inisial mereka? Ataukah mereka memang sudah merasa tersindir,begitu?
Bagaimana dengan mereka yang berusaha menulis kebenaran untuk transparasi masyarakat, hai para pejabat? Kau ciduk diam-diam? Lalu kau tenggelamkan hidup-hidup di lautan?
Jangan-jangan setelah ini aku yang mati.
Matilah aku, kawan…

Tapi nanti jika nafasku direngut mereka itu. Biarlah. Aku ikhlas, yang penting mereka membayar lunas semua dosa-dosaku. Mungkin itu cukup untuk membuat mereka selamanya di siksa di neraka
Aku hanya ingin anak-cucuku kelak, membaca dan merasakan dunianya lalu mengungkapkan lewat tarian jemari.

Ah,..andai orang itu masih hidup dan memberikan petuahnya padaku, mungkin aku masih sanggup menulis lagi…berkata bahwa politik itu tipu muslihat.
Seorang tua renta yang memanggilku ‘nduk’…
Dan telah tiada

0 komentar: